Adalah suatu keniscayaan. Setiap yang berjiwa
dipastikan pernah memiliki masalah. Masalah ringan, berat bahkan yang sangat rumit
sekalipun. Masalah adalah jembatan menuju pendewasaan diri. Meski terkadang
masalah menjadi penghalang diri yang terlalu jauh terjatuh seakan tak mampu
lagi berdiri. Tapi jika disadari, justru masalah bisa menjadi batu loncatan
dalam pencapaian kebahagiaan hidup. Kenapa bisa? Tergantung cara kita menyikapi,
menghadapi dan mengatasinya. Karena masalah memberi kita ruang untuk sejenak
me-review diri. Memeras pikiran kita untuk mencurahkan perhatian sehingga
kita benar-benar harus mendapatkan jalan keluar atau bahkan jalan lain dalam
memecahkan masalah yang menghampiri kita.
Tanpa masalah, kita tidak akan pernah tahu,
sakitnya kekecewaan, penyesalan bahkan keterpurukan. Namun jika hal tersebut
mampu kita hadapi dengan mengolahnya sehingga kita bisa bangkit dari masalah
tersebut. Maka masalah akan menjadi sebuah sarana pembelajaran. Di sisi lain
masalah yang muncul memberi kita peringatan akan tindak-tanduk kita yang kurang
benar, mengajari kita di jalan mana seharusnya kita melangkah dan hati-hati. Bak
alarm yang membangunkan kita dari tidur sesaat. Hanya bila kita mengerti dan
memahami seberapa besar masalah yang kita hadapi, akan menjadi latihan rutin diri
dalam melewati hari di sisa-sisa hidup yang berarti.
Masalahpun mengajarkan kita makna
ketidakmampuan. Karena ada yang Maha Mampu, maka hanya kepada-Nyalah kita menyerahkan
ketidakmampuan kita. Seseorang yang terlalu larut dalam ketidakmampuan
terkadang gelap mata malah membahayakan dirinya, seperti menghabisi nyawanya
sendiri misalkan. 180 derajat berbanding terbalik dengan seseorang yang tidak
mampu namun menyandarkan kelemahannya pada Yang Maha Mampu, maka apapun yang
dia hadapi akan ada suatu energi yang menambah kemampuannya dalam menghadapi (lagi-lagi)
masalah. Meski tak jarang seseorang percaya pada yang sok mampu.
Ibarat papan catur, masalah adalah hitamnya. Tanpa
hitam, kuda sang raja tak akan pernah bisa meloncat dari satu petak ke petak
lainnya, begitupun yang lain. Tanpa masalah, hidup akan lurus tanpa kelokan
berarti. Karena dunia tidak melulu putih
masih ada warna lain yang harus menjadi esensi keindahan di dalamnya. Karena hidup itu sendiri adalah masalah yang telah kita pilih, jadi untuk apa menyesalinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar